Sunday 14 May 2017

Kesetaraan Gender dan Budaya Materilineal Di Minangkabau









Setelah pernikahan biasanya laki-laki Minangkabau akan tinggal di rumah istrinya. Jika terjadi perceraian yang akan meninggalkan rumah adalah laki-laki dan hak asuh terhadap anak secara otomatis akan jatuh kepada pihak perempuan. Selain itu, aturan lain yang berpihak pada perempuan adalah mengenai harta pusaka tinggi. Perempuan berhak sepenuhnya atas pewarisan harta pusaka tinggi, tetapi laki-laki masih dapat memakainya seperti menggarap lahan pertanian.

Baca juga: Harta Pusaka Di Minangkabau


Perempuan-perempuan Minangkabau memilikiposisi-posisi tertentu dalam sukunya. Hal ini juga berlaku dalam sistem kekerabatan matrilineal yang dianut oleh suku lainnya. Suku Nyana di Afrika memiliki sistem kekerabatan materilineal yang hampir mirip dengan sistem materilineal Minangkabau. Kesamaan utama yang sistem kekrabatan matrilineal adalah garis keturunan berasal dari pihak perempuan/ibu. Bahkan di beberapa suku tersebut perempuan memiliki hak mutlak atas laki-laki. Kesetaraan genter bagi mereka sangat terbaliki.

Sistem kekerabatan ini mungkin menjadi penyebab mengapa di wilayah ini, permasalahan gender jarang sekali terdengar. Sebelum dunia dihebohkan dengan tuntutan untuk kesetaraan gender, suku-suku ini terlebih dulu telah menerapkan kesetaraan gender dalam adat dan budayanya. Suku-suku ini tidak memandang rendah perempuan. Mungkin hal ini juga yang menjadi alasan mengapa suku-suku tersebut menganut sistem matrilineal. Ada beberapa alasan yang mungkin menjadi alasan lahirnya sistem kekerabatan matrilineal di bumi ini, diantaranya:
  1. Perempuan yang memiliki fisik yang lebih lemah jika dibandingkan dengan laki-laki perlu untuk dilindungi. Dengan menjadikan mereka sebagai pemimpi atau penguasa akan dapat melindungi perempuan dari pihak yang ingin merugikannya.
  2. Kodrat perempuan untuk melahirkan generasi penerus baik dalam keluarga maupun kaumnya. Semetara laki-laki/suami mencari nafkah untuk keluarganya ibu/istri sibuk menjaga, mendidik dan membersarkan anaknya. Selain tugas sebagai ibu, perempuan juga memiliki tugas sebagai seorang istri. Dua pekerjaan yang tidak mudah, kadang bahkan perempuan tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Untuk menghormati hal tersebut maka diberikan beberapa kekuasaan pada perempuan.
Dua alasan diatas hanya sebuah dugaan. Hingga saat ini belum alasan yang pasti kenapa sistem kekerabatan materilineal muncul di permukaan bumi ini. Bahkan saat penulis bertanya pada orang-orang yang berpengaruh di Minangkabau dan para tetua-tetua, mereka tidak dapat memberikan alasan secara pasti atau sejarah mengapa masyarakat Minangkabau menggunakan sistem kekerabatan matrilineal. Mereka juga hanya menduga dan menerka-nerka. 

Namun tidak ada salahnya untuk belajar dari suku-suku ini. Salah satu pelajaran yang bisa diambil yaitu, perempuan memiliki posisi atau fungsi tersendiri dalam kehidupan. Hal inilah menjadi salah satu alasan kenapa laki-laki tidak memandang rendah perempuan. Bukan karena perempuan adalah penguasa atau pemimpin aturan mereka, tetapi mereka karena laki-laki dan perempuan memiliki fungsi dan tugas masing-masin.


0 comments:

Post a Comment