Friday 12 May 2017

Kesetaraan Gender dan Budaya Materilineal Di Minangkabau









Dewasa ini banyak isu-isu yang kita dengar tentang pemberitaan yang tidak layak mengenai perempuan. Mulai dari kekerasan seksual, kekerasan fisik, perdagangan perempuan dan lain sebagainya. Salah sati penyebab munculnya isu-isu tersebut salah satunya adalah lemahnya fisik perempuan jika dibandingkan dengan laku-laki. Perempuan selalu dianggap remeh atau di nomor duakan. Akan tetapi perempuan memiliki perenan penting yang juga tak kalah dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu, perempuan juga memiliki kekuatan dan keberanian yang tersimpan dalam dirinya.

Masalah gender ini tidak hanya terjadi di negara-negara miskin. Negara-negara maju di benua Eropa dan Amerika juga mengalami hal ini. Indonesia juga tidak luput dari permasalahan ini. Bisa dikatakan masalah kesetaraan gender melanda seluruh negara di bumi ini. Banyak berita-berita yang merugi pihak perempuan. Bagi beberapa laki-laki beranggapan bahwa peremouan hanya berguna untuk melanjutkan keturunan dan melayani dirinya. Bahkan ada suami yang memperlakukan istrinya sebagai pembantu rumah tangga. Tetai apakah fungsi dan keberadaan perempuan hanya sebatas itu?



Sementara dunia sibuk dengan permasalahan gender, dibeberapa wilayah malah sebaliknya. Bahkan di daerah-daerah tertentu menjadi perempuan sebagai penguasa. Adapun kelompok masyarakat yang tidak ambil pusing dengan masalah gender diantaranya, Suku Babemba di India, Suku Nyana di Afrika, Suku Iroquois di Amerika, Suku Negeri Sembilan di Malaysia dan Suku Minangkabau di Indonesia. Suku-suku ini tidak pernah mempermasalahkan kesetaraan gender. Kenapa?


Sebagai contoh adalah adalah suku Minangkabau di Sumatera Barat. Siapa yang tidak tahu tentang orang Minang atau dikenal juga dengan orang Padang. Yang membuat suku ini menjadi unik salah satunya adalah sistem kekerabatan yang dianutnya. Berbeda dengan daerah lain di Indonesia yang menganut sistem kekerabatan patrilineal, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal. 

Sistem kekerabatan matrilineal merupakan sistem kekerabatan dimana garis keturunannya diambil dari garis perempuan atau ibu. Ibu memiliki peranan penting dalam keluarga, namun kepala keluarga tetaplah laki-laki atau ayah. Menafkahi keluarga tetaplah kewajiban ayah/suami. Masyarakat Minangkabau masih dipimpin oleh laki-laki atau biasa dikenal dengan sebutan Datuk atau Panghulu. Hanya hal-hal tertentu saja yang dikuasi atau dilakukan oleh perempuan.

Keunikan lainnya adalah di acarapernikahan. di bebeapa wilayah Minangkabau sebelum acara pernikahan ada istilah yang namanya "pitih panjapuik". Istilah ini bisa dikatakan sama dengan uang hantaran atau jujuran. Perbedaannya terlatak, jika uang hantaran di berikan oleh laki-laki kepada perempuan namun pitih panjapuik diberikan oleh pihak perempuan kepada laki-laki. Uang ini biasanya digunakan untuk membeli kebutuhan dapur atau kamar. Sedangkan mahar pernikahan tetap dibayarkan oleh pihak laki-laki. Bukan berasal dari pitih panjapuik tersebut.



0 comments:

Post a Comment