Tuesday 4 April 2017

Misteri Makan Siti Nurbaya














Siti Nurbaya merupakan salah satu karya sastra yang fenomenal di Indonesia. Cerita yang dikarang oleh Marah Rusli ini menceritakan tentang kisah cinta dua insan yang harus terpisah karena dipaksa nikah oleh keluarganya. Cerita ini sangat tragis, keduanya harus mati. Dilatar belakangi oleh zaman penjajahan cerita ini cukup menguras air mata.

Ada yang unik dari kisah Siti Nurbaya, di Gunung Padang, di kawasan Muaro Padang ada sebuah makan yang diklaim sebagai makan Siti Nurbaya. Makan ini sudah ada sejak tahun 1918. Namun tidak ada kepastian siapa pemilik makan ini. Menurut kabar yang beredar di masyarakt setempat, pada saat makan ini ditemukan ada dua buah batu nisan. Disalah satu nisa tertulis nama seorang syekh yang berasal dari Banten. Tetapi hingga saat ini masyarakat mesih meyakini bahwa makan tersebut adalah makan Siti Nurbaya.


Baca juga: Cerita Dari Gunung Padang Sumatera Barat














Baca juga: Kisah Siti Nurbaya Kisah Cinta Tragis dari Ranah Minang

Makan tersebut terletak di kawasan objek wisata Gunung Padang, Muaro Padang. Letaknya di atas bukit. Jika ingin kesana butuh waktu kurang lebih 15 menit mendaki bukit. Tapi tenang saja, jalan menuju kesana cukup baik. Kita harus berjalan menyelusuri anak tangga yang terletak di lereng bukit. Meleahkan bukan, tapi keindahan alamnya akan membayar letih dan penat. Selain itu. Tidak jauh dari makan, di puncak Gunung Padang merupakan salah satu objek wisata yang ada di kota Padang. Hati-hati jika membawa makanan, karena disekitar Gunung Padang banyak terdapat monyet-monyet lucu. Mereka suka meminta makanan dari pengunjung.

Makan ini dianggap kereman oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang melakukan ritual di sekitar makam bahkan ada yang bersemedi. Cerita-cerita misteri pun juga sering disampaikan oleh masyarakat. Namun kegiatan tersebut sekarang sudah di larang oleh pemerintahan kota Padang. Renovasi dan perbaikan telah dilakukan agar pengunjung merasa aman dan nyaman jika berkunjung ke kawasan ini.


0 comments:

Post a Comment