Pacu kuda bagi masyarakat Minangkabau bukanlah sekedar olah raga saja. Kegiatan ini juga merupakan salah satu tradisi bagi masyarakat Minangkabau di daerah daerek (Bukittinggi, Agam, Batusangkar, Solaok dan sekitarnya). Tradisi ini sudah ada sebelum penjajah datang ke Sumatera Barat. Awalnya pacu kudo dilakukan oleh para elit di Minangkabau.
Pada masa penjajahan, msyarakat minangkabau mengenal pacu kudo sebagai olah raga para raja. Bahkan sebelumnya pacu kudo juga dimanfaatkan oleh kaum elit untuk mencari meintu. Selain itu, ajang ini juga merupakan untuk menunjukan kekuasaan, kekayaan dan jati para kaum elit. Walaupun begitu, pacu kudo juga merupakan tempat berkumpulnya masyarakat dimulai dari kaum elit sampai masyarakat jelata. Tidak ada larangan bagi siapapun untuk ikut dan menyaksikan pacu kudo pada masa itu.
Seiring perubahan zaman, pacu kudo juga sudah mengalami perubahan. Sekarang ini pacu kudo sudah menjadi tradisi di beberapa daerah . Pemerintahan pun juga sudag memasukan pacu kudo sebagai dalam kalender event yang diadakan tip tahunya. Kegiatan ini dilakukan dibeberapa daerah yaitu Payahkumbuh, Padang Panjang, Agam, Solok, Tanah Datar dan Pariaman.
Perhelatan pacu kudo sekarang banyak menarik perhatian baik bagi masyarakat maupun para joki. Peserta yang ikut lomba un semakin bertambah banyak tiap tahunnya. Ada kurang lebih sekitar 200 ekor kuda dan joki yang ikut dalam ajang ini. Mereka semua berasal dari daerah di seluruh Sumatera Barat. Tidak hanya itu, kemeriahan pacu kudo juga diikuti oleh beberapa kuda dan joki yang berasal dari luar Sumatera Barat seperti Sumatera Utara, Jambi dan Riau. Melihat kondisi ini, pemerintah terus mengupayakan event ini semakin diminati dan semakin meriah. Diharapkan pacu kodo dapat menjadi salah satu aset wisata yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat,
0 comments:
Post a Comment