Stasiun kereta api Sawahlunto
dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Sejarah kereta api di Sumatera Barat
tidak lepas dari dibangunya Pelabuhan Teluk bayur oleh Ir.
J.P Yzerman tahun 1888 – 1893. Salah satu tujuan dibangunnya jalur dan satasiun
kereta api adalah untuk mengangkut hasil bumi dan hasil jajahan.
Pembangunan
jalur stasiun dan jalur kereta api di Sawahlunto bermula ditemukannya batu bara
oleh WH de Greeve pada 1868. Pembangunan
besar-besaran dilakukan oleh Belanda salah satunya membangun tambang batu bara
ombilin. Agar hasil tambang dapat dibawa secara maksimal maka dibangunlah,
dibangunlah satasiun kereta api di Kota Sawahlunto.
Aktifitas di satsiun ini cukup ramai. Kereta api tidak hanya dimanfaatkan untuk mengankut hasil tambang saja, tetapi juga digunakan sebagai sarana tranportasi baik oleh Belanda sendiri maupun oleh masyarakat setempat. Letak Kota Sawahlunto yang berada diperbukitan, menjadikan kereta api menjadi kendaraan favorit masayarakat untuk pergi ke daerah lain.
Rute yang ditempuh sangat jauh. Mulai dari Koto Sawahlunto - Solok - Padang Pajang melewati pinggiran danau Singkarak - Kayu Taman (Padang Pariaman) - Padang - Teluk Bayur. Dibutuhkan waktu 10 jam non stop untuk menempuh jarak sejauh itu. Kereta api yang digunakan saat itu adalah kereta api dengan lokomotif uap. Karena kebutuhan, jenis kereta api yang digunakan sempat ditugar dengan kereta api dengan lokomotif diesel. Sementara itu, gedung stasiun kereta api yang sekarang dibangun tahun 1912. Pengunaan kereta api ini sampai tahun 1970an.
Tahun 1980an aktivitas di stasiun kereta api Sawahlunto mulai berkurang. Hal ini dikarenakan dibuatnya jalan yang menghubungkan Sawahlunto dengan daerah-daerah lainnya di Sumatera Barat. Pengangkutan batu bara tidak lagi menggunakan kereta api. Masyarakat juga lebih suka menggunakan kendaraan untuk berpergian. Puncaknya tahun 2003, aktivitas di satsiun kereta api Sawahlunto dihentikan. Tahun 2005 stasiun kereta api Sawahlunto secara resmi dijadikan museum oleh wakil presiden saat itu bapak Muhammad Yusuf Kalla.
Sekarang ini, bagi wisatawan yang berkunjung ke Sawahlunto bisa menikmati tidak hanya museum kereta api, tetapi juga bisa menaiki kereta api yang bernama "Mak Itam". Jadwal keberangkatan kereta api ini hanya pada hari-hari tertentu saja dan rute perjalannya tidak terlalu jauh, hanya masih disekitaran Sawahlunto. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelestarian sejarah.
Link foto untuk foto satasiun kereta api muaro kalaban
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWcRPM7ynmWhVPjMLamGDIsaXl1j_Tw5SDMaAdrLdh3bN5TUj1QHKefeCe_qfLLtuDJ7Z2E21f8nedih0ivfo906spnX8GBnjeNcuFjzbF64HlsOPifL1tRrZ7o0uVoz6UeIEr23Om4XA/s1600/muaro+kalaban.png
Artikel lainnya
- Sejarah Kota Bukittinggi
- Cerita dari Gunung Padang Sumatera Barat
- Sejarah Kereta Api Sawahlunto
- Kumpulan Foto-foto Zaman Dulu Part-2
- Kumpulan Foto-foto Zaman Dulu Part-1
- Asal-usul Minangkabau
- Sejarah Kota Padang Asal Muasal Kota Padang
- Bukti Sejarah Benteng Fort De Kock
- Asal Muasal Ngarai Sianok
- Lobang Japang dan Sejarahnya
- Sejarah Museum Aditiwarman "Tugu yang Terlupakan"
- Pelabuhan Teluk Bayur
- Janjang 40 Bukittinggi
0 comments:
Post a Comment