Monday, 17 July 2017

Badia-Badia "Permainan Tadisional Anak Nagari yang Terus Dimanainkan Sampai Sekarang"


Di era digital sekarang ini, permainan umunya juga menggunakan teknologi canggih. Anak-anak zaman sekarang lebih suka bermain permainan yang moderen seperti yang ada di smartphone. Bahkan ada beberapa anak yang tidak lepas bermain dengan teknologi ini. Bahkan keadaan ini menjadi permasalahan yang sulit untuk dihindari oleh para orang tua.

Jika kita menoleh ke masa lalu, ada banyak permainan yang dapat kita kenalkan dan berikan untuk anak-anak. Salah satu permainan tradisonal yang masih banyak kita jumpai saat ini adalah "Badia-Badia". Sampai saat ini permaian ini masih diminati dan disukai oleh anak-anak, tidak hanya anak-anak desa tetapi permainan ini juga masih dimainkan oleh anak-anak di perkotaan.

Permainan ini dapat kita temukan hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Di Sematera Barat sendiri permainan ini memiliki banyak nama diantaranya badia-badia dan mariam tomong. Badia-badia atau mariam tomong biasa di mainkan di bulan Rmadhan dan menyambut hari raya Idul Fitri. Di waktu, tidak hanya anak kecil yang memainkannya tetapi juga orang dewasa. Untuk membuat badia-badia tidak sulit. Cukup menyediakan sepotong bambu ukuran sedang sepanjang 1 meter. Kemudian diberi lobang dengan ukuran 2x2cm dibagian bawah. Masukan kain perca atau kain yang tidak berguna lalu disiram dengan minyak tanah dan kemudian dibakar. Bunyi yang dihasilkan sangat keras. 

Di Sumatera Barat tepatnya di Nagari Ganggo Hilir, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman Barat, Badia-Badia mendapatkan piagam pernghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia tahun 2017. Rekor ini mengahalakan rekor sebelumnya yang ditorehkan oleh kota Pontianak dengan mariam bambu sebanyak 150 batang. Sedangkan di Nagari Ganggo Hilir, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman Barat dari anak-anak sampai orang dewasa memainkan badia-badia sebanyak 1.821 batang. Dengan begitu kita harus bangga menjadi anak Minang yang dapat melestarikan sekaligus mengenalkan permainan tradisional ini kekhalayak banyak.


0 comments:

Post a Comment